Latar Belakang Berdirinya Bandeng Juwana Elrina
Saya Daniel Nugroho Setiabudhi seorang dokter umum, yang bekerja di Rumah sakit Kusta Tugurejo, Semarang. Istri saya bernama Ida Nursanty, seorang Apotheker bekerja sebagai Assisten Dosen di Fakultas Farmasi di Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Kami mempunyai tiga orang putri.
Toko kami yang terletak di Jalan Randusari 57 (sekarang Pandanaran 57) Semarang, awalnya adalah rumah tinggal dan tempat praktek saya sebagai dokter.
Pada tahun 1975 saya merasa bahwa gaji dokter PNS tidak mencukupi kebutuhan hidup, ini saya rasakan setelah anak kami masuk sekolah, apalagi kalau berlibur keluar kota. Didasarkan karena kebutuhan yang terus meningkat tersebut muncullah suatu keinginan untuk menambah pemasukan melalui usaha sampingan.
Pada akhir tahun 1978 saya ditugaskan ke Thailand untuk mengikuti sebuah seminar dimana saya bermalam di Jakarta. Pada suatu kesempatan saya diajak jalan-jalan ke toko roti Holland Bakery, wah ramainya, fresh from the oven, belum matang sudah ditunggu oleh pembelinya.
Setelah pulang dari Thailand saya ceritakan kepada istri saya mengenai pengalaman saya tersebut. Saya merasa bisnis Bakery mempunyai masa depan yang baik. Kemudian istri saya mulai mencari informasi harga oven, karena ternyata harganya cukup mahal bagi kami yaitu Rp 25 juta, kami urungkan niat kami untuk memulai bisnis tersebut.
Pada akhir tahun 1980, kami melihat toko bandeng duri lunak di Pandanaran terlihat cukup ramai dan anak kamipun sering membelinya. Setelah melakukan penyelidikan hal ini sepertinya menguntungkan maka muncullah ide untuk membuat Bandeng duri lunak. Kemudian bersama istri mencoba untuk membuat Bandeng duri lunak selama 3 bulan dengan menggunakan alat pressure cooker dapur kecil, setiap hari mencoba memasak 1 s/d 1, 5 kg dan hasilnya diberikan kepada rekan/teman yang pandai memasak untuk mendapatkan kritikan dan masukan. Percobaan memasak tersebut berhasil dengan baik pada bulan Desember 1980.
Bandeng Juwana Toko Lama
Pada tanggal 3 Januari 1981, kami sudah memulai untuk menjual bandeng di depan rumah letaknya di depan ruang tunggu praktek dengan menggunakan 1 lemari dan 1 tenaga penjual yaitu pembantu rumah tangga yang ada dirumah, jadi dia membantu untuk masak, mencuci bandeng dan menjual bandeng.
Hari pertama menjual bandeng dirumah hanya laku terjual 3 ekor, hal ini tidak membuat kami patah semangat, tetapi membuat kami senantiasa tekun dan selalu belajar untuk memanfaatkan kesempatan/ peluang yang ada, hal itulah yang membuat kami bisa merasakan kemajuannya hingga saat ini.